Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Di Balik Tenarnya Nama joko Tingkir setelah di jadikan Judul Lagu "joko tingkir ngombe dawet" (Legenda joko tingkir)

Di Balik Tenarnya Nama joko Tingkir setelah di jadikan Judul Lagu "Joko tingkir ngombe dawet" (Legenda joko tingkir)

Nama Jaka Tingkir atau Joko Tingkir sangat terkenal sebagai salah satu legenda di masyarakat Jawa Tengah, apalagi setelah joko tingkir di jadikan judul lagu ber genre dangdut, banyak orang menyebut Nama joko tingkir, namun di balik tenarnya Nama tersebut apakah mereka tau tentang cerita atau legenda Joko tingkir?

Baiklah, daripada kita nyayiin lagu joko tingkir tapi tidak mengenal joko tingkir itu siapa, mari kita simak ulasan kisah cerita legenda joko tingkir.

Legenda Joko Tingkir

ilustrasi legenda joko tingkir

Jaka Tingkir sewaktu kecil dipanggil dengan nama Mas Karebet. Dalam kitab Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa saat lahir ada pertunjukan wayang di rumahnya yang berada di kawasan Pengging yaitu di kawasan Lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir merupakan murid dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangu.

Jaka Tingkir merupakan raja pertama dari Kesultanan Pajang yang berdiri di perbatasan Surakarta dan Sukoharjo.

Ia merupakan putra dari Ki Ageng Butuh (Raden Kebo Kenanga) dari pernikahannya dengan Roro Alit putri Sunan Lawu.

Menilik dari silsilahnya, Sunan Lawu adalah putra dari Prabu Brawijaya V.

Jaka Tingkir juga dikenal memiliki nama panggilan saat kecil yaitu Raden Mas Karebet.

Kedatangan Jaka Tingkir ke Kerajaan Demak

Melansir dari laman Disporapar Provinsi Jawa Tengah, ada cerita sejarah tentang pengabdian Jaka Tingkir.

Saat beranjak dewasa, Jaka Tingkir diperintahkan untuk mengabdi ke Kerajaan Demak.

Dengan menggunakan getek (rakit), Jaka Tingkir dan ketiga sahabatnya yaitu Pangeran Monco Negoro, Kanjeng Tumenggung Wilomarto, dan Kanjeng Tumenggung Wuragil. berangkat.

Salah satu legenda menyebut dalam perjalanan di sungai Bengawan Solo, Jaka Tingkir sempat melawan seekor buaya yang akhirnya bisa dikalahkan dan mengiringinya hingga Demak.

Sampai di Demak, terjadi kisruh dimana seekor kerbau mengamuk dan Jaka Tingkir bisa menundukkannya.

Hal ini meluluhkan hati Raja Demak II yang mengangkatnya sebagai menantu dengan gelar Sultan Hadiwijaya.

Jaka Tingkir Naik Tahta

Jaka Tingkir akhirnya naik tahta dan bersanding dengan Ratu Mas Cempaka putri Sultan Trenggono.

Namun perjalanan kepemimpinannya tidak berjalan mulus karena para cucu Prabu Brawijaya V tak ingin ia menduduki tahta.

Jaka Tingkir tidak melawan dengan kepercayaan "Wani ngalah iku luhur wekasane, menang tanpa ngasorake" yang artinya "Berani mengalah itu tinggi derajatnya, menang tanpa merendahkan".

Hal ini membuat Jaka Tingkir diangkat menjadi raja Demak IV den sempat memindahkan ibukota Demak dipindahkan ke Pajang Kartasura (Sukoharjo-Surakarta).

Pemindahan ini diambil demi menjaga keamanan rakyat akan berlangsungnya konflik.

Kemudian Jaka Tingkir diberi gelar menjadi Sultan Hadiwijaya Raja Pajang I.

Akhir Hayat Joko Tingkir

Jaka Tingkir memimpin Kerajaan Pajang selama 40 tahun antara tahun 1546 hingga 1587.

Meski ada versi di mana Raden Jaka Tingkir dikabarkan dibunuh oleh Pangeran Benowo I, namun ada juga yang menyebut ia mengundurkan diri.

Selepas turun tahta, Raden Jaka Tingkir menyepi di Dukuh Butuh, Plupuh mengikuti jejak orang tuanya.

Hari-harinya dihabiskan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yang tempatnya kini diabadikan menjadi Masjid Butuh.

Jaka Tingkir di makamkan bersama orang tua dan istrinya di Makam Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.

Makam ini masih dirawat dan pernah mengalami beberapa kali pemugaran terutama pada masa Pakubuwono X.

Kawasan Masjid Butuh dan Makan Jaka Tingkir juga telah diresmikan sebagai cagar budaya kabupaten Sragen sesuai SK Bupati tahun 2018.

Makam Jaka Tingkir di Desa Butuh hingga kini masih digunakan oleh para petinggi Keraton Solo dan masyarakat untuk berziarah.

Di kawasan tersebut juga tersimpan sisa getek Jaka Tingkir berupa potongan kayu jati yang diperkirakan berusia sekitar 400 tahun, yang digunakan untuk berangkat ke Kerajaan Demak.

Baca Juga : Nasehat sunan Kali jogo

Nah, demikian tadi Legenda joko tingkir, menarik bukan?
Artikel ini kami sajikan semata hanya untuk mengenalkan Legenda Joko tingkir kepada generasi sekarang, agar cerita legenda joko tingkir di kemudian Hari tidak akan dikenal hanya sebatas sebuah judul lagu.
Trimakasih, semoga bermanfaat.

Lirik Lagu Joko Tingkir

ilustrasi joko tingkir ngombe dawet

Lirik lagu joko tingkir sebenarnya adalah pantun yang di jadikan sebuah lagu yang saat ini menjadi populer.

Berikut lirik lagu joko tingkir ngombe Dawet

Joko Tingkir ngombe dawet Jo dipikir, marai mumet.

Ngopek jamur nggone Mbah Wage Pantang mundur, terus nyambut gawe
Pantang mundur, terus nyambut gawe.

Ning Kediri tuku ketan Iki crito anak rantauan Lombok rawit, pedes tenan Golek duit kanggo masa depan Golek duit kanggo masa depan.

Rokok klobot ning ngisor wit mlinjo Paling abot ninggal anak-bojo.

Tuku donat ning Kalimantan Tetep s'mangat kanggo masa depan Tetep s'mangat kanggo masa depan

Godong kenikir, godong koro Jo dipikir aku arep ngeliyo.

Mangan jamur, mangan koro Aku jujur, kowe ra percoyo Aku jujur, kowe ra percoyo

Joko Tingkir ngombe dawet Jo dipikir, marai mumet.

Ok, sobat demikian tadi Artikel yang membahas seputar Nama dan Lagu Joko tingkir, legenda joko tingkir, semoga bisa menjadi pengetahuan akan sejarah.

Catatan: Lagu Joko tingkir ngombe dawet bukanlah lagu yang sebenarnya, namun ada Versi Aslu dari lirik lagu tersebut

Baca : Lirik Asli Lagu Joko Tingkir Versi Legenda